NEW YORK (Arrahmah.com) – Perdana Menteri (PM) Malaysia yang sedang “diperangi” rakyatnya mengalami kehidupan politik yang memanas. Tak hanya di tanah airnya, dia juga harus menghadapi serangkaian penyelidikan di luar negaranya akibat dana
sovereign wealth (tabungan/kekayaan negara, red.) yang kini penggunaannya diawasi pihak Amerika Serikat (AS) karena dianggap menyeleweng dari tujuannya.
Sebuah dewan juri federal sedang memeriksa dugaan korupsi yang melibatkan PM Najib Razak, dan orang-orang yang dekat dengannya, menurut dua orang yang mengetahi penyelidikan tersebut, lapor New York Times, Selasa (22/9/2015).
Penyelidikan yang dijalankan oleh unit dari Departemen Kehakiman yang menyelidiki korupsi internasional, terfokus pada properti di Amerika Serikat yang dibeli dalam beberapa tahun terakhir oleh perusahaan keuangan milik anak tiri PM serta real estate lain yang terhubung ke teman dekat keluarganya. Hal itu dikemukakan orang-orang yang mengetahui kasus ini, dengan syarat anonimitas karena mereka tidak berwenang untuk membahas hal itu. Penyidik juga melihat pembayaran 681.000.000 dolar AS dibuat untuk rekening bank yang diyakini milik pribadi PM Najib.
Tekanan di Malaysia kepada PM Najib makin intensif sejak Senin (21/9) saat dua pengadilan terpisah menuntut kemunduran dirinya secara resmi. Sementara, kepala bank sentral negara itu, yang menyelidiki transaksi yang melibatkan dana kekayaan negara (SWF), mengatakan telah mengajukan temuannya kepada Jaksa Agung Malaysia.
“Saat ini, kita tahu bahwa masyarakat ingin mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, dan mereka berhak memperoleh jawaban-jawaban,” ujar kepala bank, Zeti Akhtar Aziz, dalam situs Malaysian Insider.
Penyelidikan oleh Departemen Kehakiman sekarang masih di tahap awal, dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menentukan peraturan federal mana yang dilanggar. Hal ini terjadi sebagai respon atas pemeriksaan New York Times (NYT) atas kepemilikan sebuah kondominium mewah di Time Warner Center di Manhattan yang dirahasiakan di balik nama perusahaan keuangan, menurut orang-orang yang mengetahui kasus ini.
Dalam sebuah artikel, NYT mendokumentasikan nilai aset itu lebih dari 150 juta dolar AS, berupa properti hunian mewah yang diduga milik anak tiri Najib, Riza Aziz, atau teman keluarganya, seorang pengusaha bernaman Jho Low. Berdasarkan temuan NYT, Low, telah terlibat dalam kesepakatan bisnis dengan SWF Malaysia yang merupakan dana investasi pemerintah.
Dana itu, yang disebut 1MDB, telah menjadi masalah keuangan yang serius akibat peminjaman yang berlebih. Penyelidik di beberapa negara memeriksa alasan mengapa uang dari dana tersebut bisa hilang begitu saja. Bulan ini, otoritas Swiss mengatakan bahwa, mereka telah membekukan beberapa rekening bank beberapa orang, dan penyelidikan sedang berlangsung di Hong Kong dan Singapura, juga di Malaysia.
Kantor PM Najib tidak mengomentari penyelidikan Departemen Kehakiman. Seorang wakil untuk Tuan Aziz mengatakan dia tidak terlibat dalam penyelidikan, menambahkan bahwa “tidak pernah terjadi hal yang tidak pantas” dalam kegiatan bisnisnya. Seorang juru bicara untuk Tuan Low mengatakan bahwa dia tidak diberitahu bahwa dirinya adalah subjek penyelidikan apapun, dan bahwa bisnisnya “mematuhi semua persyaratan peraturan yang relevan.” Sementara seorang juru bicara Departemen Kehakiman lainnya menolak berkomentar.
Rincian dari tuduhan korupsi yang melibatkan PM Najib dan orang-orang yang terhubung dengannya sangatlah kompleks dan beragam. Pihak berwenang di setiap negara harus berfokus pada aspek-aspek yang jatuh di yurisdiksi mereka.
Di Amerika Serikat, para pejabat memeriksa real estate yang terikat dengan anak tiri PM Najib dan Tuan Low, yang bisa disita jika kasus membuktikan bahwa properti itu telah dibeli dengan hasil yang diperoleh dari praktek korupsi, terang orang yang mengetahui penyelidikan itu. Pembayaran sebesar 681.000.000 dolar AS yang sedang diselidiki jatuh di bawah yurisdiksi AS karena dana itu disalurkan melalui Wells Fargo, sebuah bank Amerika.
Penyelidikan ini sedang dijalankan oleh Departemen Kehakiman Inisiatif Kleptokrasi, yang sebelumnya telah berhasil menyita properti di Amerika Serikat yang dimiliki oleh keluarga politisi dari Ekuatorial Guinea, Nigeria, Korea Selatan dan Taiwan.
Pertanyaan tentang dari mana Tuan Low dan anak tiri PM – produser film di balik film termasuk “The Wolf of Wall Street” – memperoleh uang untuk propertinya di Amerika Serikat telah membantu tersulutnya kerusuhan politik di Malaysia, di mana beberapa pemimpin politik dari pihak oposisi dan di partai Najib sendiri telah menyerukan perdana menteri untuk mundur. Bahkan, pada bulan lalu, terjadi protes massa jalanan, disertai jaringan global organisasi non-pemerintah. Selain itu, Konvensi PBB Melawan Korupsi juga telah bergabung dengan seruan untuk pengunduran diri PM Najib.
Bereaksi atas dugaan ini, PM Najib dengan cepat menyangkal tuduhan korupsinya dan mengatakan bahwa pembayaran 681.000.000 dolar AS yang dilaporkan pada bulan Juli oleh Wall Street Journal, tidak benar. Kantornya mengatakan kepada NYT tahun ini bahwa ia tidak terlibat dalam properti Amerika yang terhubung ke anak tirinya dan Tuan Low.
Dia juga memukul balik semua pihak yang mempertanyakan dan menuduhnya. Selama musim panas, ia memberhentikan beberapa anggota pemerintahannya, termasuk Jaksa Agung yang memimpin salah satu pertanyaan kepadanya. Najib bahkan telah melarang beberapa lawannya dari meninggalkan Malaysia, termasuk anggota partainya sendiri yang sedang dalam perjalanan ke New York pekan lalu. Pengacara dari politisi itu mengatakan kepada NYT bahwa ia telah merencanakan untuk bertemu dengan FBI.
Pada bulan Juli, Najib membreidel sebuah koran, The Edge, karena telah melaporkan pembayaran dari 1MDB kepada Tuan Low. Atas kasus yang dilaporkan itu, keputusan pengadilan kemudian dipercepat sehari pada Senin (21/9), padahal seharusnya dipublikasikan pada Selasa (22/9). Dalam sebuah keputusan terpisah pada hari Senin, seorang hakim memutuskan bahwa Najib harus mengembaikan uang yang telah ditransfernya itu ke rekening pribadinya, dan menyita semua asetnya di seluruh dunia.
Di balik semua lumpur politik yang melingkupinya, PM Najib tetap mempertahankan posisinya di hadapan internasional. Kini dia bersiap menuju ke London guna mengikuti konvensi perdagangan lalu menuju Sidang Umum PBB pekan ini di New York. Sejak menduduki jabatannya di tahun 2009, Najib telah membawa Malaysia dekat kepada AS dan menggunakan kunjungan tahunannya kesana sebagai bentuk promosi bahwa negaranya adalah negara Muslim moderat, mitra memerangi “terorisme”, sekaligus sebagai strategi kekuatan Asia dalam melawan Cina.
“Najib sangat, sangat menghargai citra internasionalnya, dan dia terus mencari jalan keluar untuk mendapatkan bantuan AS dan Eropa,” ujar John Malott, dutabesar AS untuk Malaysia di tahun 90-an. Ia menambahkan, “Dia dapat bepergian, tetapi akankah dia dijauhi? Apakah orang-orang akan berjabat tangan dengannya?”
Properti senilai 150 juta dolar AS di Amerika terikat pada nama anak tiri PM Najib dan Tuan Low, itu termasuk sebuah griya tawang di kawasan mewah Time Warner Center di Columbus Circle di Manhattan yang dibeli dengan harga 30,55 juta dolar AS oleh perusahaan keuangan yang terkait dengan perserikatan keluarga Low. Perusahaan-perusahaan yang terikat dengan keluarga Tuan Low telah membeli sebuah mansion mewah seharga 39 juta dolar AS di Oriole Drive di Hollywood Hills di Los Angeles, Hotel L’Ermitage di Beverly Hills dan sebagian Hotel Park Lane di New York. Melalui perusahaan keuangan, Aziz juga membeli sebuah kondominium mewah seharga 33,5 juta dolar AS di Park Laurel di jalan 63 di Manhattan, sebuah rumah mewah di Beverly Hills yang dikenal sebagai rumah piramida dengan piramida emas di tengah tamannya, serta properti-properti lainnya di area Los Angeles.
Kondominium di Park Laurel dan rumah di Beverly Hills dimiliki perusahaan keuangan yang terhubung kepada keluarga Low yang sebelumnya diketahui bahwa transfer dananya berasal dari perusahaan yang terikat dengan Aziz. perusahaan keuangan -perserikatannya, perseroan terbatasnya dan entitas lainnya- secara umum digunakan untuk membeli real estate secara pribadi, transfer dana atau berbagi kepemilikan harta. Mereka juga memperumitnya, agar pihak berwenang dan lainnya kesulitan menemukan siapakah gerang pemilik asli dari properti itu.
Pada kasus rumah di Beverly Hills, properti itu berpindah tangan tanpa ada proses yang biasa ditempuh masyarakat umum, dengan cara perserikatan Keluarga Low menjual kepemilikan kepada perusahaan keuangan untuk entitas yang dikuasai Aziz, demikian temuan NYT.
Juru bicara Tuan Low mengatakan bahw, tahun ini transfer itu dilakukan Aziz di pasar terbuka dan melalui proses sederhana seperti jual-beli pada umumnya
Kota New York nampaknya menjadi rumah bagi setidaknya satu orang yang terkait skandal 1MDB SWF.
Sebuah kondominium di Jalan 23 Selatan dan Jalan 22 telah dibeli dengan harga 4,5 juta dolar AS oleh perusahaan keuangan bernama Cricklewood One Madison L.L.C. yang mendaftar nama Ai Swan Loo sebagai otoritas penandatangannya, sebagaimana tertera pada dokumen publiknya. Pada musim panas ini, Bank Sentral Malaysia mengumumkan bahwa orang bernama Jasmine Ai Swan Loo, mantan eksekutif yang terlibat dana, diminta untuk “bekerjasama” dalam invetigasi kasus ini.
Di New York, seorang pengacara dari Cricklewood menolak memberi komentar. Nona Loo tidak merespon pesan dari
NYT yang diberikan di gedung kondominiumnya, tetapi telah terkonfirmasi positif bahwa Jasmine Ai Swan Loo memang tinggal disana. (adibahasan/
arrahmah.com)