The king faker kepala bapak is a China lover, a desperate one - cash at the expense of (Malay)land .
Does he know anything about Uyghur - the suppression and killings because of religion?
King faker is beyond kamikup, traitor to the country.
(Arrahmah.com) – Muhammad Salih Hajim, seorang ulama Islam terkemuka etnis Uyghur di Xinjiang wafat pada Januari 2018 di tahanan kepolisian di kota Urumqi, ibukota Xinjiang. Belum pasti penyebab dan waktu Salih Hajim wafat, namun organisasi-organisasi pro-Uyghur di luar Cina melaporkan pada Senin (29/1/2018).
Kematian Muhammad Salih Hajim ini tidak banyak diberitakan di media, bahkan hampir tidak ada. Kematian beliau menjadi kesedihan besar bagi masyarakat Muslim Uyghur di Xinjiang, sebab Muhammad Salih Hajim adalah ulama yang berjasa besar bagi Muslim Uyghur.
Muhammad Salih Hajim lahir pada 1936 in Atush, Turkistan Timur. Beliau adalah tokoh berpengaruh dan ulama terkemuka Muslim Uyghur. Beliau adalah orang pertama yang menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Uyghur. Atas izin dari pemerintah Cina, terjemahan Al-Qur’an nya dipublikasikan pada 1986. Banyak orang mengira bahwa kerjasamanya dengan pemerintah Cina itu dapat membuat beliau mempraktekkan Islam dengan damai dan pemerintah menjamin keselamatannya, tetapi kenyataannnya tidak demikian. Terbukti bahwa beliau ditangkap dan ditahan oleh pemerintah Cina pada Desember 2017.
Uyghur Human Rights Project (UHRP) mengatakan bahwa Salih Hajim telah ditangkap dan ditahan di tahanan kepolisian Urumqi diperkirakan selama 40 hari sebelum wafatnya bersama putri dan kerabat-kerabatnya yang lain di kamp “pendidikan ulang”. Salih Hajim tidak pernah tercatat melakukan kriminal apapun. Dugaan kuat alasan penahanan beliau adalah karena beliau mempraktekkan ajaran agamanya, terlebih beliau adalah tokoh berpengaruh di kalangan umat Islam Xinjiang.
Ulama sepuh itu dikabarkan meninggal dunia di dalam tahanan kepolisian Urumqi dengan sebab yang belum diketahui secara pasti, semoga Allah merahmati beliau. Namun, organisasi World Uyghur Congress (WUC) mengatakan dalam pernyataan di situs resminya bahwa pihaknya mendapat informasi bahwa sang penerjemah Al-Qur’an berbahasa Uyghur itu mendapatkan siksaan dan perlakuan yang buruk lainnya selama di dalam tahanan, yang mungkin menyebabkan kematiannya.
Wafatnya ulama Salih Hajim di dalam tahanan polisi Urumqi terjadi di tengah-tengah upaya masif pemerintah Cina dalam menekan Muslim Uyghur di Xinjiang, khususnya terkait dengan kebebasan melaksanakan ajaran agama mereka. Ratusan ribu (mungkin jutaan) Muslim Uyghur telah ditangkap di Turkistan Timur dan dikirim ke kamp-kamp “pendidikan ulang”.
WUC mengatakan, kematian para tahanan politik di dalam tahanan, baik yang memberontak maupun warga sipil tak bersalah di penjara-penjara Cina dan kamp-kamp “pendidikan ulang”. Peraih Nobel Perdamaian Liu Xiaobo meninggal di dalam penjara Cina setelah kondisi kesehatannya yang memburuk dan dibiarkan memburuk tanpa perawatan dan dia juga tidak diizinkan untuk mendapatkan perawatan medis di luar negeri. Pada Desember 2017, dilaporkan bahwa 2 pemuda Uyghur meninggal dunia di dalam tahanan Cina dengan sebab tak diketahui setelah kembali ke Cina di saat menjalani studi di Mesir.
Menurut informasi yang didapat WUC, pemerintah Cina tidak mengizinkan jenazah orang-orang Uyghur yang meninggal dunia di penjara, sehingga para kerabat mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengetahui penyebab wafatnya orang-orang yang mereka kasihi dan kesempatan untuk menguburkan mereka dalam tata cara Islam. (siraaj/arrahmah.com)
No comments:
Post a Comment