Dajjal tidak tahu malu atau pun kebenaran. Yang dia mahu ialah membawa manusia kealam durjana. Dajjal sudah menyerupai Najib. Mata ketiganya hanya nampak duit. Dia dipengaruhi syaitan, 'Cash is King' menjadi pedoman.
Bila pemerintah berprinsip begitu ramailah pengikutnya kerana dapat habuan atau terpaksa. Yang salah dilindungi dan dikatakan betul. Yang betul dibenam.
Pas, para alim kononya telah makan umpan dajjal dalam perangkap "We all took Umno's money". Syaitan telah menggoda iman. Hadi berani memberi fatwa untuk menghalalkanya. Masyarakat akan pincang kerana fatwa demi duniawi. Fatwa Hadi dahulu Umno kafir. Kiblat kursus kahwin di Paris, Los Angeles atas padang golf. Apa salahnya (bisik syaitan) peruntukan RM 1bilion tahunan, tak cukup Cash King ada.
--------
(ar rahmah, ubahsuai)
Dari Zubair bin Adi ra, dia mengisahkan sebagai berikut:
أَتَيْنَا أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ فَشَكَوْنَا إِلَيْهِ مَا نَلْقَى مِنْ الْحَجَّاجِ فَقَالَ اصْبِرُوا فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Kami mendatangai Anas bin Malik, lantas kami mengadukan ulah Hajjaj kepadanya. Maka dia pun berkata, “Bersabarlah kalian, tidaklah datang kepada kalian suatu zaman, melainkan zaman itu lebih buruk daripada zaman sekarang. Dan kondisi ini akan terus berlangsung hingga kalian semua bertemu Rabb kalian. Aku mendengarnya dari Nabi kalian.” (Al-Bukhari, Al-Fitan, hadits no. 7068)
Menengok pada kasus Islamophobia dan ketidakadilan pada hak hak umat Islam, maka warnanya lebih kelam. Derita mayoritas dan tirani minoritas, adalah kata yang mungkin sedikit mewakili kondisi umat Islam hari ini. Hak untuk hidup layak dan adil dalam beribadah dan bermuamalah sesuai dengan keyakinan agamanya banyak dirampas. Bahwa di era orde baru nasib Umat Islam juga menderita, namun tidak bisa dipungkiri bahwa tantangan internal dan eksternal umat Islam hari ini jauh lebih berat dan lebih komplek.
Sahabat Ibnu Mas‘ud ra suatu ketika bertanya kepada istrinya, “Mana yang lebih baik, kemarin atau sekarang?” Istrinya menjawab, “Aku tidak tahu!” Dia berkata, “Tetapi aku tahu, bahwa kemarin lebih baik daripada sekarang dan sekarang ini lebih baik daripada esok hingga tibalah hari Kiamat.” (Atsar ini dituturkan oleh Imam Al-Haitsami)
Ya‘qub bin Syaibah meriwayatkan dari jalur Thariq Al-Harits bin Hushairah dari Zaid bin Wahb. Zaid berkata, “Aku mendengar Ibnu Mas‘ud ra berkata, ‘Tidak akan datang suatu hari, melainkan hari itu kondisinya lebih buruk daripada hari sebelumnya hingga hari Kiamat tiba. Bukanlah yang kumaksud itu adalah kehidupan yang makmur atau melimpahnya harta, tetapi ketahuilah oleh kalian bahwa suatu hari tidaklah akan datang kepada kalian, melainkan hari tersebut lebih banyak kebodohannya daripada hari sebelumnya. Jika para ulama itu sudah pada mangkat maka semua orang akan menjadi sama, tidak ada lagi yang berani melakukan amar makruf nahi munkar. Maka, pada saat itulah manusia akan menemui kebinasaannya.”
Dari jalur Abu Ishaq, Ibnu Hajar juga meriwayatkan perkataan Ibnu Mas‘ud ra dengan redaksi: “lebih buruk daripada hari sebelumnya”, Ada orang yang berkata, “Bukankah kita telah merasakan kemakmuran selama setahun ini?” Maka pernyataan ini dijawab oleh Ibnu Mas‘ud ra, “Bukan itu yang aku maksudkan, tetapi maksudku itu adalah banyaknya ulama yang mangkat.”
Ibnu Mas‘ud ra, “Tidaklah suatu zaman akan datang kepada kalian, kecuali kondisinya lebih buruk daripada zaman sebelumnya. Bukan seorang amir yang bijak dan adil yang aku maksud, atau penghasilan tahun ini lebih baik daripada tahun sebelumnya, tetapi para ulama serta ahli fikih yang berada di kalangan kalian semuanya pada mangkat, sedangkan kalian semua tidak menemukan pengganti mereka. Akhirnya banyak sekali yang mengeluarkan fatwa dengan akal mereka.”
Sedangkan dalam redaksinya yang lain, Ibnu Mas‘ud ra berkata, “Bukanlah yang aku maksud itu banyak-sedikitnya curah hujan yang turun, tetapi yang aku maksudkan adalah mangkatnya para ulama, sehingga banyak yang memberikan fatwa dalan perkara agama dengan akal mereka, dengan perbuatan inilah mereka telah membuat rapuh dan merobohkan sendi-sendi ajaran Islam.” [Fathul-Bârî (13/23)]
Dari jalur Abu Ishaq, Ibnu Hajar juga meriwayatkan perkataan Ibnu Mas‘ud ra dengan redaksi: “lebih buruk daripada hari sebelumnya”, Ada orang yang berkata, “Bukankah kita telah merasakan kemakmuran selama setahun ini?” Maka pernyataan ini dijawab oleh Ibnu Mas‘ud ra, “Bukan itu yang aku maksudkan, tetapi maksudku itu adalah banyaknya ulama yang mangkat.”
Atsar-atsar di atas menerangkan dengan jelas kondisi buruk yang dimaksud, yaitu meliputi lemahnya nilai-nilai agama serta mangkatnya para ulama dengan berbagai dampak yang ditimbulkannya, seperti kezhaliman, kefasikan, dan maraknya kebodohan. Kemudian semua pertanda ini benar-benar terwujud dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
No comments:
Post a Comment